Semangat

Aku bagaikan sinar mentari
Yang tak pernah berhenti
Mengunjungi bumi... setiap pagi
Tak ada kebosanan dan jenuh
begitulah yang terjadi...
Sebuah Inspirasi Indah Bagiku

Minggu, 31 Juli 2011

Tak Ingin Lemas Saat Puasa? Jaga Pola Tidur


Meski tidak makan seharian, puasa tidak boleh jadi alasan untuk lemas dan tidak bergairah saat bekerja. Pada sebagian orang, rasa letih dan mengantuk saat puasa muncul bukan karena tidak makan melainkan hanya karena tidak cukup tidur.

Bukan hanya waktu puasa, produktivitas yang menurun di tempat kerja hampir selalu bisa dihubungkan dengan pola tidur yang tidak teratur. Bedanya, pada hari-hari biasa rasa letih dan mengantuk bisa diatasi dengan minum kopi atau teh, maupun makan camilan.

Lain halnya ketika sedang berpuasa, seseorang tidak bisa minum kopi atau teh di siang hari sehingga rasa letih akan lebih terasa dibanding hari-hari biasa. Akibatnya banyak yang mengantuk di tempat kerja, meski kebanyakan mengira itu adalah efek dari seharian tidak makan.

"Dalam banyak kasus, orang mengantuk saat puasa bukan karena tidak makan tetapi karena kurang tidur saja. Sebenarnya asal cukup tidur dan polanya teratur, puasa tidak perlu jadi alasan untuk mengantuk," ungkap pakar kesehatan tidur dari RS Mitra Kemayoran, dr Andreas Prasadja, RPSGT saat dihubungi detikHealth, Minggu (31/7/2011).

Pendapat dr Ade, demikian ia biasa disapa, banyak benarnya terutama bagi yang kerjanya lebih banyak duduk di kantor dan hanya mengetik sepanjang hari. Meski berpikir juga butuh energi, namun kalori yang dibutuhkan tentu tidak sebanyak pekerjaan yang cenderung mengandalkan kekuatan fisik.

Karena itu dokter yang hobi memasak ini menyarankan, jika tidak ingin merasa lemas saat berpuasa maka usahakan agar tidur malamnya mencukupi baik dari sisi kualitas maupun kuantitas. Jika harus bangun pagi untuk penyiapkan makan sahur, malam harinya tidak boleh bergadang untuk keperluan yang tidak terlalu penting.

Kalaupun tidur malamnya tidak mencukupi, siang harinya bisa meluangkan waktu beberapa menit untuk melakukan power-nap, yakni tidur siang yang singkat tapi berkualitas. Sehabis salat siang misalnya, power-nap selama 20-30 menit sudah cukup untuk memulihkan energi.

"Power-nap tidak perlu lama-lama, yang penting cukup untuk me-recharge energi. Kalau terlalu lama malah tidak bagus, nanti bablas (tidak bangun-bangun) terus nggak jadi kerja. Tidur siang kalau terlalu lama kadang juga malah bisa pusing," tambah dr Ade.

Terkait kebijakan untuk mengubah jam kerja seperti yang dilakukan banyak instansi pemerintahan maupun swasta, dr Ade menganggap hal itu tidak terlalu penting jika alasannya hanya supaya tidak letih. Seperti yang berulang kali ia tekankan, puasa tidak boleh jadi alasan untuk mengantuk.

Namun untuk keperluan yang lain misalnya agar punya lebih banyak waktu untuk melakukan kegiatan rohani atau berkumpul dengan keluarga, tentunya perubahan jam kerja masih bisa diterima. Yang penting menurut dr Ade, jadwal aktivitas dan pola tidur harus disesuaikan agar masing-masing bisa teratur dan tidak terlalu sering berubah-ubah.

"Baik puasa atau tidak, kurang tidur pasti mempengaruhi produktivitas kerja. Perlu diingat juga, hingga saat ini tidak ada satupun zat yag bisa menggantikan efek tidur. Kafein dan semacamnya hanya bisa menunda, pada saatnya rasa kantuk itu akan datang juga kalau tidurnya memang tidak cukup," tegas dr Ade.

'Facebook & Twitter Picu Krisis Identitas'

Situs jejaring seperti Facebook dan Twitter telah jadi bagian penting dalam kehidupan banyak orang belakangan ini. Namun di samping memberi manfaat, situs tersebut bisa memicu krisis identitas.

Pendapat ini disampaikan Susan Greenfield, profesor farmakologi sinaptik terkemuka di Oxford University, Inggris. Susan adalah pakar yang spesialisasinya dalam hal fisiologi otak.

Ia menganggap bahwa fokus pada pertemanan online di Facebook dan Twitter serta keterlibatan dalam umpan balik (feedback) yang konstan di kedua situs tersebut bisa mempengaruhi syaraf-syaraf otak, membuat orang berharap pada kepuasan instan dan membuat konsentrasi menurun.

Baroness menilai kedangkalan informasi yang dibagikan via dua situs tersebut bisa menjadi masalah. Berbagai update yang kurang penting membuat user seolah adalah para anak kecil.

"Mengapa seseorang harus tertarik dengan menu sarapan orang lain? Hal ini mengingatkan saya pada seorang anak kecil yang berkata, mama lihatlah aku melakukan ini, aku melakukan itu," kata dia.

"Ini seperti mereka tengah berada dalam semacam krisis identitas," imbuhya, seperti detikINET kutip dari Metro, Minggu (31/7/2011).

Menurut dia, sebagian orang berupaya terlalu keras untuk menjadi selebritis kecil-kecilan di Facebook atau Twitter. Hal itu membuat orang hidup di sebuah dunia di mana yang dihitung adalah apa yang dipikirkan orang lain tentang mereka.

"Pikirkan implikasinya bagi masyarakat jika orang-orang lebih mencemaskan apa yang dipikirkan orang lain tentang mereka daripada apa yang mereka pikirkan terhadap diri sendiri," pungkasnya.

Awal Ramadhan 1432 H, Senin 1 Agustus

Pemerintah melalui Kementerian Agama menetapkan awal puasa Ramadhan 1432 H jatuh pada hari Senin, 1 Agustus 2011. Keputusan tersebut menyusul sidang itsbat yang berlangsung Minggu sore (31/7) di Operation Room Kementerian Agama, Jakarta.

Sidang penetapan awal Ramadhan yang dipimpin Menteri Agama Suryadharma Ali di dihadiri Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) KH Maruf Amin, Dirjen Badan Peradilan Agama Mahkamah Agung Wahyu Widiana, Sekjen Kemenag Bahrul Hayat, Dirjen Bimas Islam Nasaruddin Umar, pimpinan ormas-ormas Islam, duta besar negara sahabat, dan anggota Badan Hisab dan Rukyat Kemenag.

"Setelah mencermati laporan Badan Hisab Rukyat, pertimbangan para ulama, kita semua sepakat 1 Ramadhan 1432 hijriyah jatuh pada hari Senin, 1 Agustus 2011," kata Menteri Agama Suryadharma Ali seraya mengetok palu. Penetapan awal Ramadhan 1432 H juga dituangkan dalam Surat Keputusan Menteri Agama No 125 Tahun 2011 yang ditandatangani 31 Juli 2011.
Ketua Badan Hisab dan Rukyat, Ahmad Jauhari saat menyampaikan hasil pemantauan di seluruh Indonesia, menyebutkan bahwa perhitungan data hisab yang dihimpun oleh Direktorat Jendral Bimas Islam di beberapa titik

pemantauan di seluruh Indonesia menyatakan bahwa ijtima akhir Syaban 1432H/2011 M jatuh pada Ahad 31 Juli 2011, pukul 01.40 menit WIB.
"Saat matahari terbenam pada tanggal tersebut di seluruh Indonesia , posisi hilal berada di atas ufuk pada ketinggian 4 derajat 50 menit sampai 6 derajat 55 menit," kata Jauhari yang juga Direktur Urusan Agama Islam dan Pembinaan Syariah Kemenag.

Dari hasil rukyatul hilal (pengamatan bulan baru) di 38 lokasi, lanjut Jauhari, ada empat lokasi yang menyatakan melihat hilal, yaitu di Mall GTC Makassar, Sulawesi Selatan, Bukit Condrodipo Gresik, Jawa Timur, Bangkalan, Madura, dan Cakung Jakarta Timur

Sebelumnya, perwakilan ormas mengikuti mengobservasi penampakan hilal. Observasi itu bisa disaksikan di layar yang dipasang di lantai dua gedung utama kantor Kementerian Agama (Kemenag), Jl Lapangan Banteng, Jakarta Pusat, sejak pukul 17.00 WIB, Minggu (31/7/2011). Mereka melihat titik-titik observasi hilal di wilayah-wilayah tertentu di Indonesia lewat layar.

Sementara itu PP Muhammadiyah juga menetapkan awal Ramadhan 1432 atau awal puasa jatuh pada Senin, 1 Agustus. Penetapan itu berdasarkan hasil hisab hakiki wujudul hilal yang dilakukan Majelis Tarjih dan Tajdid. Disebutkan bahwa ijtima` menjelang Ramadhan 1432 H terjadi pada Ahad (31/7) pukul 01:41:00 WIB. "Kami berharap Ramadhan ini menjadi momentum bagi kita semua," kata Pengurus PP Muhammadiyah Fatah Wibisono.

Jadwal Puasa 2011 Daerah Palembang dan Sekitarnya

PALEMBANG

Tgl Imsak Subuh Dhuha Zuhur Ashar Maghrib Isya'

1 Ramadhan 04:39 04:49 06:27 12:09 15:32 18:10 19:21

2 Ramadhan 04:39 04:49 06:27 12:09 15:32 18:10 19:21

3 Ramadhan 04:39 04:49 06:27 12:09 15:32 18:10 19:21

4 Ramadhan 04:39 04:49 06:26 12:09 15:32 18:10 19:21

5 Ramadhan 04:39 04:49 06:26 12:09 15:31 18:10 19:21

6 Ramadhan 04:39 04:49 06:26 12:09 15:31 18:10 19:21

7 Ramadhan 04:39 04:49 06:26 12:09 15:31 18:10 19:20

8 Ramadhan 04:39 04:49 06:26 12:09 15:31 18:10 19:20

9 Ramadhan 04:39 04:49 06:26 12:09 15:30 18:10 19:20

10 Ramadhan 04:39 04:49 06:25 12:08 15:30 18:10 19:20

11 Ramadhan 04:39 04:49 06:25 12:08 15:30 18:09 19:20

12 Ramadhan 04:38 04:48 06:25 12:08 15:29 18:09 19:19

13 Ramadhan 04:38 04:48 06:25 12:08 15:29 18:09 19:19

14 Ramadhan 04:39 04:49 06:24 12:08 15:29 18:09 19:19

15 Ramadhan 04:38 04:48 06:24 12:08 15:28 18:09 19:19

16 Ramadhan 04:38 04:48 06:24 12:07 15:28 18:09 19:19

17 Ramadhan 04:38 04:48 06:24 12:07 15:27 18:09 19:18

18 Ramadhan 04:38 04:48 06:23 12:07 15:27 18:09 19:18

19 Ramadhan 04:37 04:47 06:23 12:07 15:27 18:08 19:18

20 Ramadhan 04:37 04:47 06:23 12:06 15:26 18:08 19:18

21 Ramadhan 04:37 04:47 06:22 12:06 15:26 18:08 19:17

22 Ramadhan 04:37 04:47 06:22 12:06 15:25 18:08 19:17

23 Ramadhan 04:37 04:47 06:22 12:06 15:25 18:08 19:17

24 Ramadhan 04:36 04:46 06:21 12:05 15:24 18:07 19:16

25 Ramadhan 04:36 04:46 06:21 12:05 15:23 18:07 19:16

26 Ramadhan 04:36 04:46 06:21 12:05 15:23 18:07 19:16

27 Ramadhan 04:36 04:46 06:20 12:05 15:22 18:07 19:16

28 Ramadhan 04:35 04:45 06:20 12:04 15:22 18:07 19:15

29 Ramadhan 04:35 04:45 06:20 12:04 15:21 18:06 19:15

30 Ramadhan 04:35 04:45 06:19 12:04 15:20 18:06 19:15

31 Ramadhan 04:34 04:44 06:19 12:03 15:20 18:06 19:14