Semangat

Aku bagaikan sinar mentari
Yang tak pernah berhenti
Mengunjungi bumi... setiap pagi
Tak ada kebosanan dan jenuh
begitulah yang terjadi...
Sebuah Inspirasi Indah Bagiku

Jumat, 30 Desember 2011

Pentingnya Pertanian, Perkebunan, Peternakan, Perikanan, Kehutanan, dan Kelautan

Pentingnya Pertanian, Perkebunan, Peternakan, Perikanan, Kehutanan, dan Kelautan PENDAHULUAN Indonesia bila dipandang dari posisi geografisnya, dilewati oleh garis Khatulistiwa. Dengan posisi ini, maka Indonesia adalah negara agraris yang kaya akan berbagai sumber daya alam dan merupakan negara yang memiliki suhu tropis yang baik, sehingga mampu menghadirkan keanekaragaman hayati yang melimpah. Kondisi alam tropis yang merupakan ciri dari negeri ini, maka di negeri ini rata-rata penduduknya bekerja di sektor pertanian, dimana pada sektor ini, profesi petani sangat bervariatif. Ada yang bekerja dibidang tanaman pangan, tanaman hias, tanaman perkebunan, tanaman kehutanan, perikanan, peternakan, hingga bekerja pada sektor kelautan. Minat terhadap sub sektor - sub sektor ini setiap tahunnya selalu mengalami peningkatan yang cukup signifikan, ini dikarenakan selain sektor ini mampu memberikan penghasilan yang optimum, juga mampu menyerap tenaga kerja yang cukup besar. Indonesia memiliki keanekaragaman hayati (biodiversity) nomor tiga terbesar di dunia. Kekayaan alam yang melimpah tersebut dapat dimanfaatkan sebagai sumber plasma nutfah/genetik, sumber pangan, obat-obatan, bahan bakar non tambang, bahkan hingga wisata. Selain dari keanekaragaman hayati, Indonesia memiliki kondisi tanah dan iklim yang beragam, sehingga peluang untuk mengembangkan berbagai komoditas pertanian pun semakin besar dengan menerapkan sistem pengelolaan lahan yang sesuai. Hal ini tercemin pada berbagai teknologi pertanian lokal yang berkembang di masyarakat yang dapat disesuaikan dengan tipologi lahan. Keunikan-keunikan tersebut merupakan aset yang dapat menarik untuk dikembangkan dan dilestarikan. Indonesia pun kaya akan keragaman budaya, dari budaya yang terjaga dan berkembang, akan didapat banyak pengetahuan dan ilmu tentang sosial masyarakat dari masa ke masa, sehingga dapat diketahui bahwa mayoritas pengalaman masyarakat Indonesia adalah berusaha dibidang pertanian. Pengembangan sektor pertanian yang sesuai dengan kapabilitas, tipologi, dan fungsi ekologis lahan akan berpengaruh langsung terhadap kelestarian sumber daya lahan dan pendapatan petani serta masyarakat sekitarnya. Kegiatan ini secara tidak langsung akan meningkatkan persepsi positif petani serta masyarakat sekitarnya akan arti pentingnya pelestarian sumber daya lahan pertanian. Pengembangan sektor pertanian pada saatnya akan menciptakan lapangan pekerjaan yang besar, karena usaha ini dapat menyerap tenaga kerja dari masyarakat pedesaan hingga perkotaan, sehingga dampak positif yang dapat dihadirkan adalah dapat menahan dan mengurangi arus urbanisasi yang semakin meningkat saat ini. Manfaat yang dapat diperoleh dari usaha pertanian ini adalah melestarikan sumber daya alam, melestarikan teknologi lokal, dan meningkatkan pendapatan petani/masyarakat sekitar. Hingga saat ini Indonesia masih mengalami kekurangan dalam hal pemenuhan kebutuhan (quota) baik pemenuhan akan kebutuhan pangan maupun sandang. Ini dikarenakan masih minimnya kesadaran masyarakat dan kurangnya kemapanan dalam hal teknologi budidaya dan pengetahuan akan ragam tanaman yang layak dan mampu memberikan nilai tambah bagi para petani. Dikatakan demikian karena angka import negeri ini untuk bahan baku pangan seperti kedelai, jagung, gula hingga beras pun masih tergolong tinggi sehingga berdampak terhadap tingginya harga bahan-bahan pokok dimasyarakat. Selain itu import akan bahan baku produksi sandang seperti kapas, sutra, wool, hingga pewarna pun masih sangat besar, sehingga memberi dampak terhadap tingginya nilai produksi dari sandang yang berakibat terhadap minimnya margin yang didapat oleh pengusaha sehingga kesejahteraan pekerja pun tidak dapat teroptimalkan. Negeri kaya ini pun belakangan ini mengalami krisis energi, sehingga berdampak terhadap kenaikan harga bahan bakar minyak yang cukup signifikan, sehingga mampu menambah beban masyarakat. Padahal, negeri ini tidak seharusnya mengalami dampak ini, bahkan tidak perlu terpengaruh oleh kenaikan harga minyak dunia, karena di negeri ini mampu menciptakan sumber energi alternatif yang berasal dari bahan bakar nabati yang mampu memberikan kontribusi besar bagi pemenuhan energi, yang akhirnya dapat mengurangi tingkat ekplorasi tambang, yang semakin hari semakin meningkat sedangkan hasilnya semakin menyusut. Memandang dari beragam permasalahan yang ada tersebut, maka penulis merasa perlu jika pemerintah dan masyarakat memulai kembali pengaktifan sendi-sendi pertanian dengan pengaturan pola penanaman lahan dan peningkatan sumber daya pertanian. Karena pada setiap sub sektor pertanian selain mampu memberikan pemenuhan akan kebutuhan pangan, juga mampu memberikan pemenuhan akan kebutuhan sandang dan papan sebagai kebutuhan primer dari manusia, selain itu mampu mengurangi bahkan menghapuskan angka pengangguran dan kemiskinan, karena setiap sub sektor mampu menyerap tenaga kerja besar, dan mampu memberikan kontribusi terhadap nilai usaha yang optimal, sehingga setiap pekerja akan mendapat hasil yang baik, sejahtera, dan mengalami kemapanan secara ekonomi, karena hasil dari setiap sub sektor pertanian ini mampu memberikan profit dan benefit secara besar terhadap usaha yang dijalankan. Sekurangnya ada 59 Juta hektar lahan produksi di negeri ini yang tidak diberdayakan bahkan tidak terjamah oleh masyarakat dan pemerintah. Padahal jika lahan produksi tersebut dioptimalkan, maka lahan tersebut mampu memberikan kontribusi positif terhadap penyerapan tenaga kerja, keuntungan para pekerja, kesejahteraan masyarakat, pendapatan daerah, hingga proses pemenuhan quota bahan baku baik pangan, sandang, papan, hingga pada energi. Jika setiap hektar lahan produksi diberdayakan oleh sekurangnya 5 orang, maka tenaga kerja yang mampu terserap adalah sebesar 295 juta orang, jika setiap 5 hektar diawasi oleh 1 orang pengawas, maka dibutuhkan sekurangnya 11,8 juta orang, jika setiap 20 hektar ditangani oleh seorang tenaga supervisi maka diperlukan sekurangnya 2,95 juta orang dan jika setiap 80 hektar diperlukan tenaga managerial, maka diperlukan sekurangnya diperlukan 737,5 ribu orang pekerja. Apabila dikalkulasikan keseluruhannya maka diperlukan sekurangnya 310,4875 juta orang pekerja. Andaikata setiap hektar mampu memberi laba bersih senilai 100 juta Rupiah setiap tahun, maka laba bersih yang dapat dihasilkan sebesar 5.900 Triliun Rupiah setiap tahunnya. Pendapatan negara dari pajak hasil bumi sebesar 20% akan mencapai di angka 1.180 Triliun Rupiah setiap tahunnya. Dengan pendapatan negara sebesar ini, maka negeri ini tidak perlu lagi meminjam hutang luar negeri, mampu melunasi hutang luar negeri, bahkan tidak perlu lagi mengekspor tenaga kerja ke luar negeri. Dari perhitungan-perhitungan tersebut, dapat diambil kesimpulan bahwa jika setiap sub sektor diberdayakan secara optimal, maka kemakmuran akan dapat dicapai, dan negeri ini akan sulit menemui kelangkaan bahan pangan, bahan sandang, bahan papan, hingga energi yang selalu menjadi dilema baik di masyarakat hingga pada pemerintahan. IDENTIFIKASI MASALAH Manusia didalam hidupnya memerlukan empat sehat lima sempurna. Secara ilmu kesehatan maksud dari empat sehat lima sempurna tersebut adalah kebutuhan akan nasi, lauk pauk (daging, ikan, dan telur), sayuran, buah-buahan, dan susu. Secara ilmu gizi dan nutrisi kajian dari empat sehat lima sempurna ini diuraikan sebagai berikut: 1. Kebutuhan akan Karbohidrat 2. Kebutuhan akan Lemak dan Protein 3. Kebutuhan akan Mineral 4. Kebutuhan akan Vitamin 5. Kebutuhan akan Lactosa Sumber kebutuhan tersebut adalah sumber inti agar manusia dapat tumbuh dengan optimal, dan mampu beraktifitas dengan baik. Namun, akibat dari kurangnya ketersediaan bahan baku pangan dan tingginya harga-harga bahan baku tersebut, maka pemenuhan akan kebutuhan tersebut sulit untuk dicapai secara merata. Alhasil angka kecukupan gizi dan nutrisi bagi masyarakat Indonesia secara menyeluruh masih jauh dibawah dari standar yang ditetapkan. Memandang dari permasalahan tersebut maka penulis merasa perlu untuk menyampaikan dan memecahkan setiap permasalahan yang ada, sehingga diharapkan permasalahan-permasalahan tersebut dapat dikurangi bahkan jika perlu dihapuskan. Penanganan dari permasalahan tersebut menurut penulis adalah dengan mengaktifkan dan mengefektifkan sendi-sendi pertanian yang mencakup akan sektor pertanian murni, perkebunan, perikanan, peternakan, kehutanan, hingga pada kelautan (4P2K). Dengan penggalangan sub sektor pertanian secara terpadu, maka masyarakat akan terpenuhi kebutuhan karbohidrat dan mineralnya, penggalangan terhadap sub sektor perkebunan, masyarakat akan terpenuhi kebutuhan vitamin dan mineralnya, penggalangan sub sektor perikanan, peternakan dan kelautan, diharapkan masyarakat akan terpenuhi kebutuhan akan lemak, protein, mineral dan lactosanya. Sedangkan pada sub sektor kehutanan, masyarakat dapat terpenuhi kebutuhan akan energi, kebutuhan akan supply oksigen, dan terjaga dari efek rumah kaca atau pemanasan global. Karena hutan mampu menyerap gas karbondioksida (CO2) secara baik. Dari uraian-uraian tersebut diatas, maka penulis mencoba untuk membuat suatu jenis usaha yang diharapkan dapat menjadi percontohan sehingga kelak pemenuhan akan setiap kebutuhan masyarakat tersebut dapat tercapai. Adapun cakupan usaha yang akan dibentuk ini adalah usaha di sektor pertanian, perkebunan, perikanan, peternakan, dan kehutanan. Pada sektor pertanian, penulis akan memaparkan usaha pertanian dengan penanaman komoditas untuk bahan baku produksi pakan ternak, dan bahan baku pangan untuk kebutuhan kantin sebagai sarana pemenuhan kebutuhan pangan pekerja. Pada sektor perkebunan penulis akan memaparkan usaha perkebunan buah-buahan dengan beragam varietas untuk pemenuhan kebutuhan para pekerja dan usaha perkebunan untuk pemenuhan kebutuhan bahan baku produksi sandang. Di sektor perikanan, penulis akan memaparkan mengenai usaha perikanan untuk menunjang kebutuhan pangan pekerja dan teknologi pengawetan atau pasca panen pada usaha perikanan dengan beragam varian species ikan yang dibudidayakan serta pengefektifan pembuatan pakan ayam dari limbah kotoran ikan. Pada sektor peternakan, penulis akan memaparkan peternakan sapi, kambing, domba, ayam buras, kuda dan kelinci untuk pemenuhan kebutuhan pangan pekerja, kebutuhan bahan baku industri dan pemenuhan kebutuhan akan bahan baku energi yang berasal dari limbah kotoran ternak dan tanaman yang dikenal dengan biogas, pentanol (H5C12) yang dapat digunakan sebagai energi alternatif untuk pembangkit listrik, dan bahan bakar minyak hingga kebutuhan penunjang akan sektor pertanian yakni pupuk organik cair, pestisida hayati cair, kompos, dan granula sebagai bahan organik pembuatan pakan ikan. Pada sektor kehutanan, penulis akan memaparkan fungsi hutan sebagai pembelah angin, penahan erosi, penampung gas karbondioksida (CO2), hingga penghasil sumber energi alternatif yang dalam hal ini adalah bahan bakar nabati yang berupa etanol (C2H6) dan pengefektifan minyak nabati, bio-diesel, hingga pada pemenuhan akan bahan baku papan. Dengan demikian maka diharapkan setiap kebutuhan pokok dapat terpenuhi secara optimal khususnya didalam lingkup perusahaan, dan umumnya dimasyarakat sekitar hingga masyarakat luas. Diposkan oleh Perencanaan Usaha