Semangat

Aku bagaikan sinar mentari
Yang tak pernah berhenti
Mengunjungi bumi... setiap pagi
Tak ada kebosanan dan jenuh
begitulah yang terjadi...
Sebuah Inspirasi Indah Bagiku

Jumat, 26 Agustus 2011

TOTALITAS PERJUANGAN


Lagu TOTALITAS PERJUANGAN adalah lagu yang sering dibawakan oleh para mahasiswa yang berjuang turun ke jalan melalui pergerakan / aksi-aksi demo untuk menyuarakan isi hati nurani untuk membela kepentingan rakyat banyak atau kepentingan lain yang positif.

Biasanya selama menyanyikan lagu perjuangan mahasiswa ini sambil mengangkat tangan kanan serta mengepalkan jari-jari tinju tangan kanannya. Menyanyikan lagu ini pun juga dengan suara lantang dan tegas sebagai simbol semangat yang berkobar takkan pernah padam.

C G
Kepada para mahasiswa
C G
Yang merindukan kejayaan
C G
Kepada rakyat yang kebingungan
F G C
Di persimpangan jalan
C G
Kepada pewaris peradaban
C G
Yang telah menggoreskan
C G
Sebuah catatan kebanggaan
F G C
Di lembar sejarah manusia

- Reff :
F C
Wahai kalian yang rindu kemenangan
G C
Wahai kalian yang turun ke jalan
F C
Demi mempersembahkan jiwa dan raga
G C
Untuk negeri tercinta

Atau...

Intro : G# A# G# A# G# A# G# D# A# G#
D# A#
Kepada para mahasiswa
D# A#
Yang merindukan kejayaan
D# A#
Kepada rakyat yang kebingungan
G# D#
Di persimpang jalan
A# D#
Kepada pewaris peradaban
A# D#
Yang telah menggoreskan
A# D#
Sebuah catatan kebanggaan
G# D#
di lembar sejarah manusia

Reff:
G# F
Wahai kalian yang rindu kemenangan
D# G#
Wahai kalian yang turun ke jalan
A# D#
Demi mempersembahkan jiwa dan raga
A# D#
Untuk negeri tercinta..
G# A# / A# D#
Untuk negeri tercinta..
Intro : G# A# G# A# G# A# G# D# A# G#

INSAN BARU FAKULTAS PERTANIAN




“Selamat pagi kakak-kakak,selamat pagi ayuk-ayuk..”
Ini adalah sepenggal lirik mars P2K fakultas pertanian yang sering dielu-elukan oleh mahasiswa baru fakultas pertanian 2011.Untuk mengatur serta memprovokasi mahasiswa baru agar lrbih semangat, BEM FP UNSRI menunjuk WAGUBMA kita Edi Susanto menjadi Koordinator Lapangan (KORLAP) .
Hari pertama mahasiswa baru kita dikumpulkan di auditorium untuk diterima secara resmi oleh Rektor Ibu Badia Parizade,pagi-pagi mereka sudah berkumpul dengan menggunakan almamater tercinta kita.Berkumpul disamping auditorium,Pak KORLAP kita sudah membariskan seluruh mahasiswa pertanian untuk diajarkan yel-yel,diajarkan jarkom-jarkom dan tentunya agar mereka lebih semangat dan tidak kalah dengan fakultas lainnya.
Setelah berkumpul disamping auditorium,seluruh mahasiswa baru FP masuk kedalam audit karena acara akan segera dimulai,sekitar 436 mahasiswa baru FP dengan semangat dan gagahnya mereka berjalan kedalam audit dengan menyanyikan yel-yel yang telah diajarkan.
Setelah didalam audit dan menunggu beberapa saat anggota senat Universitas Sriwijaya datang dan acara pun dimulai.Selang beberapa lama prosesi pengucapan ikrar mahasiswa dan memasang almamater pun dilaksanakan dan dengan ini mereka dinyatakan resmi sebagai Keluarga Mahasiswa Universitas Sriwijaya.(Untuk insiden-insiden yang ada saat P2k diaudit disensor dulu dengan admin..hehehehe)
Taraaaaaaaaaaaaaa....hari ke 2 P2k..
“ayo cepat..lelet sekali kalian ini” teriak para komisi disiplin kepada adik mahasiswa baru FP 2011,akhirnya banyak yang dihukum karena tidak disiplin.Tetapi banyak juga yang tepat waktu,jam 6.30 mereka udah berkumpul semua disamping gedung dekanat FP UNSRI,dengan berbagai aksesoris yang telah diperintahkan oleh senior mereka.





Hari ini agenda untuk mereka adalah penerimaan resmi oleh Bapak Dekan beserta Seluruh Dosen dan jajarannya,tetapi sembari menunggu acara tersebut mahasiswa baru dipandu oleh korlap kita untuk bernyanyi,kemudian bermain malah ada yang saling pijit-pijitan...
Walaupun puasa,mahasiswa baru tidak gentar..malah teriakan mahasiswa FP sangat besar dan mungkin menurut saya Cuma fakultas pertanian yang paling baik dan semangat mahasiswa barunya (bertepatan juga fakultas tetangga kita gak ada P2k,karena diboikot..hahahah).
Pagi itu DPMF FP USNRI, BEM FP UNSRI dan semua BO (GEMPA,BWPI dan WABAPERTA) mengawali penyambutan,seluruh organisasi memdeskripsikan organisasi masing-masing,memperkenalkan struktural mereka dan sekalian mengajak adik-adik baru untuk ikut bergabung.Selanjutnya adalah acara penerimaan mahasiswa baru FP 2011 oleh dekan FP UNSRI pak Imron Zahri.Dibuka dengan sambutan Ketua pelaksana P2k FP UNSRI yaitu Muamar Kahadafi,dalam sambutannya khadafi mengatakan bahwa “saya pernah membaca buku otobiografi presiden Soeharto yang menyatakan didepan para pimpinan PBB bahwa saya membangun indonesia bukan dari sektor industri,buan sektor pariwisata tetapi dari sektor pertanian...” .Serentak seluruh mahasiswa baru bertepuk tangan bangga menjadi seorang mahasiswa pertanian.Kemudian setelah itu sambutan dari Gubernur mahasiswa Fakultas Pertanian UNSRI yang juga memberikan wejangan kepada adik-adik baru kita yaitu “Pertanian adalah kebutuhan kedua setelah bernafas..”,prook...prookkk.. riuh tepuk tangan seluruh mahasiswa baru tak ketinggalan juga pak dekan serta jajarannya ikut tepuk tangan.Kemudian dilanjutkan dengan sambutan Pak dekan yang sekaligus membuka acara P2K di fakultas pertanian serta menerima secara resmi Mahasiswa baru FP 2011 menjadi keluarga mahasiswa fakultas pertanian unsri,setelah acara pembukaan setelah shalat zhuhur mahasiswa baru diberi materi oleh salah satu alumni fakultas pertanian yang telah sukses yang mana tujuannya agar mahasiswa baru dapat terinsipirasi dan termotivasi.Agenda hari ke2 selesai dan lanjut seluruh panitia briefing dan mengevaluasi serta mempersiapkan apa saja untuk agenda besok..
Ting tong....Hari ketigaaaaaaaaa.....
Hari ini seluruh mahasiswa fakultas pertanian berkumpul ditiap jurusan masing-masing karena hari ini penyambutan dari tiap-tiap jurusan,dan pukul 12.30 disuruh berkumpul difakultas kembali untuk mengikuti lomba-lomba yang telah dipersiapkan oleh panitia.kemudian puk 15.20 acar P2K Fakultas Pertanian resmi ditutup.
Terima kasih buat seluruh panitia,semangat dan perjuangan kita tentu akan menjadi kenangan yang indah.
SELAMAT MUDIK PANITIAAAAAAAAAAA>>>.........
SELAMAT MUDIK Mahasiswa Baru>>>...............

HIDUP MAHASISWA

Selasa, 09 Agustus 2011

Daftar Mahasiswa Baru Prodi Peternakan Jenjang S1 Tahun Angkatan 2011

NO. FOTO NIM NAMA ASAL SLTA JALUR SELEKSI PROGRAM STUDI FAKULTAS KAMPUS
1. 05111004001 SOFI ARI SUTEJA SMK PERTANIAN SNMPTN Undangan 2011 PETERNAKAN FAKULTAS PERTANIAN INDRALAYA
2. 05111004002 KUNTARI DEWI SMAN 4 SNMPTN Undangan 2011 PETERNAKAN FAKULTAS PERTANIAN INDRALAYA
3. 05111004003 HEMERWAN SMA MUH. 2 SNMPTN Undangan 2011 PETERNAKAN FAKULTAS PERTANIAN INDRALAYA
4. 05111004004 FIKA AHYANI SMA MUHAMMADIYAH 1 SNMPTN Undangan 2011 PETERNAKAN FAKULTAS PERTANIAN INDRALAYA
5. 05111004005 REZA SURYANA SMA N 1 TEMPILANG SNMPTN Undangan 2011 PETERNAKAN FAKULTAS PERTANIAN INDRALAYA
6. 05111004006 ARVIANA INDAH SMA N 2 KAYUAGUNG SNMPTN Undangan 2011 PETERNAKAN FAKULTAS PERTANIAN INDRALAYA
7. 05111004007 MUHAMMAD ANDRIAN ALI AKBAR SMAN 2 SNMPTN Undangan 2011 PETERNAKAN FAKULTAS PERTANIAN INDRALAYA
8. 05111004008 HIDAYAT RUWANSYAH SMAN 13 SNMPTN Undangan 2011 PETERNAKAN FAKULTAS PERTANIAN INDRALAYA
9. 05111004009 SASTRAWAN GINTING LAIN-LAIN SNMPTN Ujian Tulis 2011 PETERNAKAN FAKULTAS PERTANIAN INDRALAYA
10. 05111004010 SUTEJO SMKN 1 GELUMBANG SNMPTN Ujian Tulis 2011 PETERNAKAN FAKULTAS PERTANIAN INDRALAYA
11. 05111004011 TEGUH SANTOSO SMA YADIKA LUBUKLINGGAU SNMPTN Ujian Tulis 2011 PETERNAKAN FAKULTAS PERTANIAN INDRALAYA
12. 05111004012 MELI SEPTIKA SMAN 02 PALEMBANG SNMPTN Ujian Tulis 2011 PETERNAKAN FAKULTAS PERTANIAN INDRALAYA
13. 05111004013 KARLINA FITRIANTI SMAN 1 TANJUNG RAJA SNMPTN Ujian Tulis 2011 PETERNAKAN FAKULTAS PERTANIAN INDRALAYA
14. 05111004014 AYU CAHYA SABRINA SMAN 1 TANJUNG RAJA SNMPTN Ujian Tulis 2011 PETERNAKAN FAKULTAS PERTANIAN INDRALAYA
15. 05111004015 WURI VONNY LESTARI SMK SPPN SEMBAWA SNMPTN Ujian Tulis 2011 PETERNAKAN FAKULTAS PERTANIAN INDRALAYA
16. 05111004016 NIKY USTRINA SMA YKPP PENDOPO SNMPTN Ujian Tulis 2011 PETERNAKAN FAKULTAS PERTANIAN INDRALAYA
17. 05111004017 ERRA KARTIKA SMAN 1 INDRALAYA SNMPTN Ujian Tulis 2011 PETERNAKAN FAKULTAS PERTANIAN INDRALAYA
18. 05111004018 NYAI KHODIJAH SMAN 1 INDRALAYA UTARA SNMPTN Ujian Tulis 2011 PETERNAKAN FAKULTAS PERTANIAN INDRALAYA
19. 05111004019 YUSUF SAIFUDIN SMAN 1 BELITANG III SNMPTN Ujian Tulis 2011 PETERNAKAN FAKULTAS PERTANIAN INDRALAYA
20. 05111004020 CHILLA ASTARY SMAN 02 PRABUMULIH SNMPTN Ujian Tulis 2011 PETERNAKAN FAKULTAS PERTANIAN INDRALAYA
21. 05111004021 ILHAM AKBAR SMAN 1 MENDO BARAT SNMPTN Ujian Tulis 2011 PETERNAKAN FAKULTAS PERTANIAN INDRALAYA
22. 05111004022 MAHFUZ AHMADI JAKFAR SMAN 1 LUBUKLINGGAU SNMPTN Ujian Tulis 2011 PETERNAKAN FAKULTAS PERTANIAN INDRALAYA
23. 05111004023 INDA PURNAMAWATI SMAN 1 LAHAT SNMPTN Ujian Tulis 2011 PETERNAKAN FAKULTAS PERTANIAN INDRALAYA
24. 05111004024 RIZKI WULANDARI SMAN 4 PAGARALAM SNMPTN Ujian Tulis 2011 PETERNAKAN FAKULTAS PERTANIAN INDRALAYA
25. 05111004025 MUSTAKIM SMAN 1 SUNGAI LILIN SNMPTN Ujian Tulis 2011 PETERNAKAN FAKULTAS PERTANIAN INDRALAYA
26. 05111004026 DESI SILITONGA SMF YTP ARJUNA LAGUBOTI SNMPTN Ujian Tulis 2011 PETERNAKAN FAKULTAS PERTANIAN INDRALAYA
27. 05111004027 RENDI INDRA GUNAWAN SMAN 1 MUARADUA SNMPTN Ujian Tulis 2011 PETERNAKAN FAKULTAS PERTANIAN INDRALAYA
28. 05111004028 JENNY ARI SANDI SMAN TUGUMULYO SNMPTN Ujian Tulis 2011 PETERNAKAN FAKULTAS PERTANIAN INDRALAYA
29. 05111004029 ACHMAD ISMAEIL SMAN TUGUMULYO SNMPTN Ujian Tulis 2011 PETERNAKAN FAKULTAS PERTANIAN INDRALAYA
30. 05111004030 ARNI WINDASARI SMA NEGERI 1 KUALUH HULU SNMPTN Ujian Tulis 2011 PETERNAKAN FAKULTAS PERTANIAN INDRALAYA
31. 05111004031 RELTI SMAN 1 LAHAT SNMPTN Ujian Tulis 2011 PETERNAKAN FAKULTAS PERTANIAN INDRALAYA
32. 05111004032 ENDA SURYANA SMAN 1 GELUMBANG SNMPTN Ujian Tulis 2011 PETERNAKAN FAKULTAS PERTANIAN INDRALAYA
33. 05111004033 MUHAMMAD REZA ARDIAN SMAN 2 KISARAN SNMPTN Ujian Tulis 2011 PETERNAKAN FAKULTAS PERTANIAN INDRALAYA
34. 05111004034 MICHAEL JAYADI SMAN 1 L. PAKAM SNMPTN Ujian Tulis 2011 PETERNAKAN FAKULTAS PERTANIAN INDRALAYA
35. 05111004035 EKO NAHASINA MALIDA SMAN 2 MUARA BELITI SNMPTN Ujian Tulis 2011 PETERNAKAN FAKULTAS PERTANIAN INDRALAYA
36. 05111004036 AGMA SATRIO SADINA P MAN MODEL PANGKAL PINANG SNMPTN Ujian Tulis 2011 PETERNAKAN FAKULTAS PERTANIAN INDRALAYA
37. 05111004037 PANJI ANUGRAH SMAN 5 OGAN KOMERING ULU SNMPTN Ujian Tulis 2011 PETERNAKAN FAKULTAS PERTANIAN INDRALAYA
38. 05111004038 REYMUNDUS YODI ARYA SMA XAVERIUS 1 SNMPTN Ujian Tulis 2011 PETERNAKAN FAKULTAS PERTANIAN INDRALAYA
39. 05111004039 ELISABET HUTABARAT SMKN 1 SIPOHOLON SNMPTN Ujian Tulis 2011 PETERNAKAN FAKULTAS PERTANIAN INDRALAYA
40. 05111004040 WAHYU WIDARTO SMA MUHD. 7 SNMPTN Ujian Tulis 2011 PETERNAKAN FAKULTAS PERTANIAN INDRALAYA
41. 05111004041 MAESTRO SARAGIH SMAN 1 PEMATANGSIANTAR SNMPTN Ujian Tulis 2011 PETERNAKAN FAKULTAS PERTANIAN INDRALAYA
42. 05111004042 MHD JULIANSYAH ADI P SMAN 19 PALEMBANG SNMPTN Ujian Tulis 2011 PETERNAKAN FAKULTAS PERTANIAN INDRALAYA
43. 05111004043 DWI HARYANTO SMAN 1 TANJUNG LAGO SNMPTN Ujian Tulis 2011 PETERNAKAN FAKULTAS PERTANIAN INDRALAYA
44. 05111004044 AGNES YOLANDA MA N 2 PALEMBANG SNMPTN Ujian Tulis 2011 PETERNAKAN FAKULTAS PERTANIAN INDRALAYA
45. 05111004045 RESTU APANDI SMAN 2 MUARA BELITI SNMPTN Ujian Tulis 2011 PETERNAKAN FAKULTAS PERTANIAN INDRALAYA

Perkebunan Karet Unsri diLlalap Api

INDERALAYA – Perkebunan karet seluas 80 hektare (ha) milik Universitas Sriwijaya (Unsri) di Kampus Unsri Inderalaya, Minggu (7/7) malam, dilalap si jago merah. Bahkan, hingga kemarin sebagian wilayah masih terbakar karena api sulit dipadamkan.


Dekan Fakultas Pertanian Unsri Prof Imron Zahri mengatakan, kebakaran lahan terjadi pada Minggu sekitar pukul 07.00 WIB. “Kebakaran dekat rawarawa dan terus merambat.Dengan kerja keras petugas dan karyawan Unsri semalaman sampai subuh, api dapat dipadamkan,” ujarnya kemarin.

Luas lahan kebun karet yang terbakar diperkirakan mencapai 80 hektare dari 100 hektare, dengan potensi kerugian mencapai miliaran rupiah. “Untuk bibit karet saja mencapai Rp1 miliar, belum termasuk perawatan selama ini.Kerugian yang harus ditanggung Unsri cukup besar,” ungkap Imron.

Saat ini pihaknya memprioritaskan penyelamatan kebun sawit di sebelah kebun karet yang luasnya sekitar 46 hektare. “Kita khawatir api merambat ke perkebunan sawit dan sampai ke kompleks kampus. Saat kejadian, kami sudah meminta bantuan petugas Penanggulangan Bahaya Kebakaran (PBK) Palembang, tetapi makan waktu sehingga tak banyak yang dapat dipadamkan,” tuturnya.

Sementara itu,Kepala PBK Badan Kesbangpol dan Linmas Ogan Ilir Adil Siregar mengakui kesulitan melakukan pemadaman api di lokasi kejadian. Petugas kesulitan mencari suplai air, sedangkan api berkobar cepat.Tak hanya itu, minimnya armada PBK juga menjadi salah satu faktor terhambatnya pemadaman api.

“Fasilitas kendaraan kita terbatas dan tidak ada mobil penyuplai air sehingga pemadaman tidak dapat berjalan optimal. Sedangkan, dua armada PBK milik Unsri tidak dapat difungsikan karena rusak,” tuturnya. Ke depan pihaknya mengimbau Unsri membuat kolam penampungan air di tengah perkebunan.

Dengan begitu, apabila terjadi kebakaran, mobil PBK tidak kesulitan mendapatkan pasokan air. “Selain itu, kita berharap Unsri membuat satu gerbang di belakang kampus yang sewaktu- waktu dapat dibuka apabila ada kejadian emergency,” ungkapnya.

Minggu, 07 Agustus 2011

OSPEK DAN PARADOKS IDEALISME MAHASISWA

Mahasiswa yang selalu merepresentasikan diri sebagai sosok idealis, pembebas atau pembela kaum tertindas, tiba-tiba berubah seratus delapanpuluh derajat ketika melaksanakan Ospek (Orientasi Studi dan Pengenalan Kampus) bagi adik-adik angkatannya. Walau telah ada perubahan mendasar di kampus-kampus tertentu, akan tetapi, di sebagian besar kampus, Ospek masih diwarnai dengan unsur kekerasan, penindasan dan militerisme sebagaimana tercermin dalam tindakan membentak-bentak, menggoblok-goblokkan, dan penciptaan suasana yang anti dialog. Atau pada pemberian sanksi yang cenderung bersifat fisik semata seperti push-up, lari jongkok, berdiri dengan satu kaki, lari keliling lapangan, dan lain-lain. Hukuman semacam itu dipilih tanpa ada kaitan sama sekali dengan pembentukan karakter dan idealisme mahasiswa.
Ospek yang demikian itu justru menimbulkan “situasi penindasan”. Mahasiswa lama (panitia Ospek) sebagai penindas dan mahasiswa baru (peserta Ospek) sebagai kaum tertindas.
Sebenarnya, setiap tahun, masyarakat telah menyampaikan banyak kritikan dan keberatan atas pelaksanaan ospek yang ditengarai banyak diwarnai kekerasan, penindasan dan nuansa militer seperti itu (hal-hal yang sesungguhnya sangat dibenci dan ingin dihapuskan oleh mahasiswa dari permukaan bumi Indonesia). Akan tetapi, nyatanya, walau selalu menuai kritik, pelaksanaan Ospek tidak banyak berubah. Tetap penuh dengan kekerasan, penindasan dan militerisme, sekalipun setiap tahun selalu ada korban yang berjatuhan, bahkan ada beberapa yang sampai mengalami kematian yang tidak perlu.
Yang menarik untuk dipertanyakan adalah, kenapa tiba-tiba para mahasiswa panitia Ospek, yang nota bene dari kalangan aktivis juga, menjadi “bebal” dan seperti tidak mempan kritik. Sama seperti umpatan mereka terhadap penguasa ketika para mahasiswa itu berdemonstrasi. Kenapa pula mereka seperti menikmati dan puas menjadi pelaku kekerasan, menjadi penindas dan bergaya militeristik.
Meminjam analisis Paulo Freire, seorang pemikir dan praktisi pendidikan pembebasan dari Brasil, para panitia Ospek bisa seperti itu karena dulunya pada waktu menjadi peserta Ospek mereka juga pernah mengalami “situasi penindasan”. Dalam bukunya Pedagogi of The Oppressed (diindonesiakan dengan judul Pendidikan Kaum Tertindas, LP3ES, 1985) Freire mengingatkan bahwa dalam situasi penindasan, kaum tertindas melakukan identifikasi secara kontradiktif. Mereka mengidentifikasi dirinya sebagai mahluk yang terbenam, terhina, terlepas dan tercerabut dari kemanusiaannya. Adapun di hadapan mereka adalah kaum penindas yang berkuasa dengan harkat kemanusian yang sempurna.
Kaum tertindas sulit untuk menemukan citra diri di luar kontradiksi penindas-tertindas. Karena itu, bagi mereka, upaya pembebasan diri untuk mendapatkan harkat dan martabat kemanusiannya, adalah dengan menjadi manusia yang memiliki citra diri seperti yang mereka temukan dalam sosok para penindas. Teori ini bisa menjelaskan mengapa seorang buruh yang diangkat menjadi mandor atas kawan-kawannya akan bertindak segalak dan sekasar majikannya, bahkan lebih. Atau dalam masa penjajahan Belanda dahulu, orang-orang pribumi yang diberi wewenang oleh penjajah Belanda, yang di kenal sebagai londo ireng, seringkali malah bertindak lebih kejam dibandingkan Belanda itu sendiri.
Teori ini pula yang bisa menjelaskan, mengapa setelah berada dalam penindasan dan kekerasan pemerintahan Orde Baru selama 32 tahun, seakan-akan kini lahir manusia manusia khas Orde Baru (homo orbaicus), yaitu manusia-manusia yang mengadopsi budaya kekerasan, budaya penindasan dan budaya memaksakan kehendak, dari penguasanya itu (Orde Baru).
Hal yang sama juga terjadi pada panitia Ospek. Yang paling dominan dalam kesadaran mahasiswa lama panitia Ospek tersebut adalah, Ospek merupakan arena terbaik untuk menampilkan citra dirinya sebagai penguasa. Citra diri itu mereka dapatkan, dahulu ketika mengikuti Ospek. Waktu itu, mereka sebagai pihak yang tertindas melakukan identifikasi bahwa alangkah enaknya, alangkah gagahnya, alangkah berkuasanya, alangkah bermartabatnya menjadi panitia Ospek.
Kini ketika menjadi panitia, mereka mendesain Ospek yang melahirkan “situasi penindasan”. Para peserta yang tertindas akan menginternalisasi citra diri pelaksana Ospek yang menindas itu. Untuk kemudian, pada suatu saat mereka akan mereproduksi citra diri itu ketika kesempatan memungkinkan. Yaitu ketika mereka menjadi pelaksana Ospek.
Selain itu, penindasan adalah penjajahan kesadaran lewat praktik “pemolaan”. Kaum tertindas dipaksa untuk memilih atau melakukan apa yang di”pola” oleh penindasnya. Kaum tertindas tentu akan berfikir seribu kali untuk melakukan perlawanan, karena hal itu akan memberatkannya sendiri. Lagi pula, belum tentu kawan-kawannya yang lain akan membantu. Kebanyakan kaum tertindas akan memilih diam dan patuh. Keadaan seperti ini membuat kaum tertindas akan larut dalam sikap masokhis. Begitu pun yang terjadi pada peserta Ospek. Mereka melakukan banyak tindakan dan hukuman seperti yang dipolakan oleh para panitia Ospek, tanpa banyak berani menentang walaupun tindakan-tindakan itu sama sekali tidak logis, tidak rasional dan tentunya tidak mereka inginkan.
Dari paparan di atas, apabila pelaksanaan Ospek masih diwarnai dengan nuansa penindasan, setidaknya memunculkan dua hal. Pertama, Ospek melahirkan “situasi penindasan”. “Situasi penindasan” akan melahirkan sosok-sosok penindas baru (sadistis) yang suatu saat apabila mendapatkan kesempatan akan mencoba untuk melahirkan situasi penindasan baru, begitu pula nanti seterusnya, sehingga Ospek itu sendiri merupakan forum konservasi dan reproduksi penindasan. Kedua, Ospek akan melahirkan generasi yang patuh, acuh tak acuh, tidak kritis dan tidak berani menentang terhadap praktik-praktik penindasan.
Lebih dari itu, Ospek juga bisa jadi akan melahirkan generasi masokhis. Generasi seperti itu merupakan lahan subur bagi tumbuhnya praktik-praktik penindasan. Dengan begitu, maka Ospek justru menjadi sebuah rutinitas yang berperan sebagai konservasi atau pelestari penindasan. Kalau diproyeksikan dalam kehidupan bangsa, Ospek yang seperti itu justru memberikan kontribusi negatif terhadap proses demokratisasi yang saat ini mulai bergulir, karena Ospek justru melahirkan generasi yang berpotensi menjadi penindas, sadistis dan a-demokratis jika sedang berkuasa, sekaligus generasi yang patuh, masokhis, tidak kritis dan acuh tak acuh terhadap berbagai praktik penindasan, ketika sedang di bawah kekuasaan pihak lain.

Visi Ospek yang ideal adalah yang bersuasana egaliter, dan selaras dengan proses demokratisasi. Dalam kerangka ini, Ospek dilaksanakan sebagai upaya melahirkan mahasiswa yang sadar akan posisi dirinya sebagai agen of change yang kritis, sadar akan persoalan sosialnya, berani menentang segala bentuk penindasan dan mempunyai komitmen atas keberlangsungan proses demokratisasi bangsa.
Visi yang seperti ini tentu saja tidak menghendaki praktik penindasan dan praktik a-demokratis dalam pelaksanaanya. Visi ini hanya bisa dicapai apabila Ospek, meminjam Freire, didesain sebagai praktik dari “pendidikan pembebasan”. Pendekatan yang dipakai adalah pendidikan orang dewasa (andragogy) dengan metode yang bisa mendorong peserta untuk aktif dan memiliki kesadaran kritis. Pola seperti ini mengharuskan adanya suasana yang egaliter, hubungan yang komunikatif, empatif dan tidak ada unsur dominasi di dalamnya. Baik peserta Ospek maupun fasilitator/ panitia Ospek terlibat dalam proses pencarian bersama. Yang terjadi bukan peserta belajar “dari” fasilitator, tetapi peserta belajar “bersama” fasilitator.
Ospek merupakan proses belajar bersama ( tranpersonal learning ) dengan berbagai tahapan meliputi penyadaran ( konsientasi ), pemberdayaan (empowering ), pembebasan (liberasi ) dan pemanusian ( humanisasi ).
Penyadaran merupakan proses yang mengajak peserta untuk memahami dirinya dan realitas serta problema kehidupan diri maupun sosialnya. Penyadaran akan membawa peserta dari kesadaran naif atau bahkan magis, menuju manusia dengan kesadaran kritis. Penyadaran kemudian diikuti dengan pemberdayaan, yaitu upaya menumbuhkan kemampuan analisis kritis untuk memahami dan memberikan solusi atas berbagai problem kehidupan.
Apbila kedua proses telah terlewati, selanjutnya adalah pembebasan. Dengan kesadaran dan keberdayaan yang di milikinya, peserta di ajak untuk memberikan penilaian yang mandiri, menentukan dirinya sendiri serta mempunyai sikap yang mandiri, bebas dari hegemoni masa lalu tradisi dan negara.
Selain membebaskan peserta Ospek, Ospek seperti itu sekaligus juga membebaskan mahasiswa lama (panitia ospek) dari belenggu hegemoni citra diri penindasnya dulu, sehingga mereka tidak lagi “terpenjara” oleh keinginan melakukan penindasan, kekerasan dan balas dendam.
Ospek yang dilakukan dengan visi dan metode semacam itu, pada satu sisi sesuai dengan nilai-nilai idealisme yang selama ini dengan bangga diakui sebagai kesejatian mahasiswa. Sementara di sisi lain diharapkan mampu melahirkan generasi yang demokratis, egaliter, otonom, dan mempunyai komitmen terhadap berbagai problem masyarakatnya. Rasanya generasi seperti itulah yang di butuhkan perannya dalam proses tranformasi bangsa mendatang.Sumber:http://bemfpunsri.blogspot.com/2011/07/ospek-dan-paradoks-idialisme-mahasiswa.html dan http://algaer.wordpress.com/2010/04/07/ospek-dan-paradoks-idealisme-mahasiswa/

Peternakan dan Perikanan di Tengah Krisis Global

Sebagai sektor penghasil pangan strategis, sektor peternakan dan perikanan, bersama sektor pertanian lainnya, mengalami dua kondisi berbeda yang agak ekstrim, yaitu: mengalami kenaikan harga tajam pada semester pertama dan mengalami kejatuhan harga yang signifikan pada semester kedua. Pada semester pertama 2008, hampir seluruh analisis tertuju pada melonjaknya harga pangan, sampai 2-3 kali lipat dibandingkan harga pangan di 2005. Tiga faktor utama yang sering dianggap bertanggung jawab terhadap eskalasi harga pangan dan pertanian di tingkat global, yaitu: (1) fenomena perubahan iklim yang mengacaukan ramalan produksi pangan strategis, (2) peningkatan permintaan komoditas pangan karena konversi terhadap biofuel, dan (3) aksi spekulasi yang dilakukan para investor (spekulan) tingkat global karena kondisi pasar keuangan yang tidak menentu (Lihat Arifin, 2008).

Beberapa komoditas strategis mengalami penurunan harga pada semester kedua 2008, membuat banyak negara berupaya untuk fokus dan mempertajam strategi kebijakan pangannya agar tidak terjadi dampak sosial-ekonomi yang lebih buruk. Krisis keuangan global turut berkontribusi pada menurunnya permintaan komoditas secara umum karena daya beli yang sedang turun sehingga volume perdagangan pangan di tingkat global tiba-tiba berkurang secara signifikan. Walaupun belum terdapat analisis yang komprehensif, laju penurunan harga-harga pangan strategis sangat mungkin berkait erat dengan pergeseran volume perdagangan dari bursa saham ke bursa komoditas.

Pada sektor peternakan, produksi daging sapi nasional 2008 diperkirakan mencapai 465 ribu ton, suatu peningkatan yang cukup signifikan dibandingkan angka 2007, 346 ribu ton. Meski demikian, produksi ini tidak mencukupi, sehingga harus menggantungkan kebutuhan daing sapi dari pasar luar negeri, terutama Australia dan Selandia Baru. Catatan impor sapi dari Australia mencapai lebih dari 520 ribu ekor (Noor, 2008) yang sebagian besar untuk dipotong, hanya sebagian kecil sebagai induk. Dengan potensi pasar yang sangat besar itu, tidak kurang dari 68 negara antri mencoba memasukkan daging dan produk daging ke Indonesia.

* * *

Estimasi data konsumsi daging di Indonesia berbeda menurut lembaga, namun berkisar total 2,6 kg/kap/th menurut Survai Sosial Ekonomi Nasional - Badan Pusat Statistik (Susenas BPS), sekitar 1,7 kg daging sapi menurut Asosiasi Produsen Daging dan Feedlot Indonesia (Apfindo) plus 4,5 kg daging ayam menurut Forum Masyarakat Perunggasan Indonesia (FMPI), serta 1,2 kg daging sapi plus 3,1 kg daging ayam menurut Direktorat Jenderal Peternakan Departemen Pertanian (Deptan). Diperkirakan konsumsi daging di 2009 akan mengalami peningkatan.

Produksi daging ayam diperkirakan 1,4 juta ton pada 2008, suatu peningkatan hampir dua kali lipat dibandingkan produksi pada 2007 yang lalu (Badan Ketahanan Pangan, Departemen Pertanian, 2008). Walaupun demikian, produksi dan konsumsi daging ayam ini masih sangat sensitif terhadap isu biosafety seperti kasus flu burung serta dampak sosial-ekonomi yang ditimbulkannya. Sifat konsumsi daging ayam yang sangat elastis terhadap perubahan harga dan perubahan selera konsumen adalah beberapa faktor yang perlu diperhatikan dalam pencapaian kinerja stabilisasi harga daging sapi, daging ayam dan produk peternakan ini. Akan tetapi, pada hari-hari besar keagamaan seperti Idul Fitri dan Idul Adha, permintaan daging ayam dan telur di Indonesia meningkat secara signifikan, suatu pola rutin yang terkadang paradoksal apabila dikaitkan dengan upaya pengendalian konsumsi.

Dalam ekonomi pertanian, karakter perubahan permintaan tinggi seperti ini menjadi ciri khas Revolusi Peternakan, sesuatu yang sangat berkontribusi pada pencapaian ketahanan pangan, kualitas sumber daya manusia, dan pembangunan ekonomi secara umum. Sektor peternakan memang mewarnai perubahan konsumsi masyarakat dari sumber kalori berbasis karbohidrat menjadi berbasis kandungan protein tinggi. Sekitar 56 persen dari konsumsi daging di Indonesia memang berasal dari unggas; cukup jauh dibandingkan dengan angka konsumsi daging sapi yang hanya 23 persen. Walaupun demikian, angka konsumsi daging unggas yang hanya setara 4,5 kilogram per kapita per tahun itu jelas sangat rendah atau seperlima dibandingkan dengan konsumsi daging negara-negara maju.

Sektor peternakan sangat berkait erat dengan sistem produksi jagung dalam negeri, sebagai kontributor utama penyediaan pakan ternak, baik langsung maupun tidak langsung. Menurut Angka Ramalan III (Aram III) Badan Pusat Statistik (BPS), awal November 2008, produksi jagung tahun ini diramalkan 15,9 juta ton, terutama karena peningkatan luas panen di Provinsi Sulawesi Selatan, Gorontalo, Sulawesi Utara, Lampung, dan Sumatera Utara. Tapi belum mampu mencapai target swasembada jagung, yang seharusnya telah tercapai sejak tahun lalu. Faktanya masih harus memenuhi konsumsi jagung dari pasar impor.

Hal yang agak positif adalah penggunaan benih unggul jagung hibrida, terutama hasil bioteknologi pertanian. Peningkatan produksi jagung hibrida juga mampu mendukung sektor peternakan karena industri pakan ternak ikut tumbuh pasca stagnansi yang cukup serius pada puncak krisis ekonomi. Membaiknya produksi jagung domestik agak membantu mengurangi ketergantungan sektor peternakan kecil terhadap pakan impor, dan sempat memberikan ekspektasi pertumbuhan yang lebih tinggi. Akan tetapi, karena laju konsumsi jagung yang tumbuh lebih cepat, Indonesia masih harus mengandalkan jagung impor dalam jumlah yang cukup besar.

***

Untuk sektor perikanan, Indonesia masih mengandalkan ekspor ikan dan udang, khususnya ke Taiwan, Jepang, Korea dan sedikit Amerika Serikat. Produksi ikan secara kumulatif pada 2008 diperkirakan 8,1 juta ton, suatu peningkatan yang sangat signifikan (32 persen per tahun) dari angka produksi 6,1 juta ton pada 2004. Berhubung begitu kuatnya keterkaitan sektor perikanan tekanan ekonomi global, masyarakat sangat khawatir akan dampak krisis keuangan global saat ini, khususnya terhadap kesejahteraan nelayan, terutama nelayan skala kecil dan menengah. Sebelum krisis keuangan global, produksi perikanan di tingkat global diperkirakan 7,5 juta ton, termasuk 3,8 juta berasal dari budidaya udang. Maksudnya, produksi udang budidaya telah melebihi produksi perikanan konvensional, karena semakin intensifnya usaha budidaya udang. Angka ini lebih banyak didorong oleh tingginya produksi udang budidaya selama lima tahun terakhir dengan tingkat pertumbuhan 21 persen per tahun. Laju pertumbuhan udang budidaya diperkirakan melambat pada 5-6 tahun mendatang, dengan laju pertumbuhan 6 persen atau kurang.

Beberapa analisis telah menyimpulkan bahwa dampak langsung dari krisis keuangan global adalah menurunnya permintaan, terutama dari Amerika Serikat dan Uni Eropa. Akibat berikutnya dari kontraksi pasar ini adalah penurunan harga produk perikanan dan bahkan kekhawatiran gagal bayar karena persoalan finansial pada perusahaan skala besar. Disamping itu, kekhawatiran negara-negara besar importir produk perikanan terhadap dampak ekonomi global adalah kemungkinan penggunaan teknik budidaya perikanan yang tidak ramah lingkungan, karena nelayan mencoba untuk mengurangi biaya produksi. Apa pun yang terjadi, sektor perikanan di Indonesia perlu juga melakukan eksplorasi pasar-pasar ekspor baru, yang mungkin tidak terlalu ketat menerapkan persyaratan, seperti bidang lingkungan hidup dan sebagainya. Langkah-langkah pengembangan baru memerlukan kemampuan intelijen pasar yang tangguh, peraturan yang dapat merugikan dan tentu saja kemampuan analisis selera konsumen, dan sebagainya.

Terakhir, untuk para pejuang sektor peternakan masih harus berusaha keras meningkatkan produksi dan produktivitas daging sapi dan daging ayam, karena akan menjadi ciri khas indikator ketahanan pangan. Disamping itu, pada sisi konsumsi, para stakeholders ini (pemerintah, swasta dan masyarakat) perlu berjuang keras meningkatkan laju konsumsi daging ini untuk menunjukkan peran nyata terhadap kualitas gizi dan protein masyarakat dan tentunya kecerdasan bangsa Indonesia secara umum.

Diposkan oleh BEM Fakultas Pertanian UNSRI